Selasa, 06 Desember 2011

Pertemuan Dengan Bapak Ridwan Paoh

Pertemuan Dengan Bapak Ridwan Paoh

Ivan Taniputera
6 Desember 2011



Bapak Ridwan Paoh, yang merupakan kerabat Kerajaan Baranusa di Alor, Nusa Tenggara Timur, berkesempatan mengunjungi Surabaya pada tanggal 6 Desember 2011. Penulis berbincang-bincang dengan Beliau mengenai sejarah dan budaya Baranusa dan juga Timor. Banyak hal menarik yang penulis dapatkan. Pertama-tama, Bapak Ridwan Pao menjelaskan bahwa sejarah dan sastra tradisional Alor sebagian besar masih merupakan sastra lisan. Oleh karenanya, sangat disayangkan apabila sastra lisan tersebut hilang tergerus perkembangan zaman. Apabila tidak dilestarikan maka dalam kurun waktu 50 tahun lagi, kemungkinan semuanya akan lenyap. Bila telah lenyap, maka hampir mustahil menghidupkannya lagi.

Kemudian, Beliau mengisahkan kembali mengenai tarian Galasoro, yakni tarian kemenangan yang dipergunakan menyambut tamu kehormatan.

Ada lagi kisah mengenai persahabatan antara rakyat Alor dan Timor. Dahulu terdapat Kerajaan Laklubar di Manatuto, yang kini masuk wilayah Timor Leste. Saat diserang kerajaan lain, raja Laklubar minta pertolongan Kainsaku yang berasal dari Alor. Setelah Kainsaku dapat memenangkan peperangan, raja Laklubar menanyakan hadiah apa yang hendak dimintanya. Sewaktu raja Laklubar menawarkan separuh kerajaannya, Kainsaku juga menolaknya. Akhirnya Kainsaku dinikahkan dengan puteri raja Laklubar bernama Birabassi dan menurunkan marga-marga de Ornay, Nampira, Beleng, dan Kamahi. Semenjak saat itu, diadakan perjanjian adat yang disebut "bela" bahwa antara orang Alor dan Timor tidak boleh saling menumpahkan darah. Perjanjian adat "bela" ini mungkin sama dengan "pela gandong" yang ada di Kepulauan Maluku.

Kisah-kisah lisan seperti inilah yang sangat perlu dilestarikan. Jika perlu didokumentasikan.

Selanjutnya dibahas pula legenda-legenda lainnya, seperti dua orang putera asal Majapahit (kerajaan Alor juga menarik leluhurnya dari Majapahit), yang sedang mengail ikan dan menemukan sebuah peti. Ternyata dari dalam peti itu keluar seorang puteri. Legenda ini menandakan telah adanya hubungan antara berbagai kerajaan Nusantara di masa lampau.

Hal ini memperlihatkan pula bahwa Kepulauan Nusantara kaya akan berbagai warisan budaya.