Kamis, 23 Agustus 2012

Peringatan atau Kenang-kenangan Bagi Tan Pek Hong (Herinnering Aan Tan Pek Hong)

Peringatan atau Kenang-kenangan Bagi Tan Pek Hong (Herinnering Aan Tan Pek Hong)

Ivan Taniputera
23 Agustus 2012

Ini merupakan terjemahan artikel yang saya ambil dari Indische Gids: Staat en Letterkundig Maanschift, Negende Jaargang, II, 1887, halaman 1763-1764. Artikel ini meriwayatkan mengenai seorang tokoh dari Bogor bernama Tan Pek Hong. Naskah aslinya yang berbahasa Belanda tetap saya cantumkan sebagai bahan perbandingan.

Tan Pek Hong was gemachtigde van den opiumpachter in het Buitenzorgsche, en stond als een sluw smokkelaar te boek, die alle pogingen der politie om hem te betrappen verijdelde.

Tan Pek Hong adalah wakil para pemegang izin penjualan candu di Bogor, yang juga berlaku sebagai penyelundup, tetapi semua upaya penangkapan polisi berhasil digagalkannya.

Eindelijk meende het administratief gezag voldoende bewijzen tegen hem in handen te hebben, en Tan Pek Hong werd gevangen en voor den rechter gebracht.

Setelah secara administratif diperoleh bukti-bukti yang memadai, Tan Pek Hong ditangkap dan dibawa ke hadapan pengadilan.

De Landraad te Buitenzorg echter sprak hem vrij, bij gebrek aan bewijs, en in appel deed de Raad van Justitie te Batavia hetzelfde. Bovendien kwamen er op de publieke zitting dingen aan den dag, die bestemd waren de zoon van den Gouverneur-General Van Rees in een zeer slecht licht te stellen en aan en vervolging om redenen buiten het proces gelegen te doen gelooven.


Meskipun demikian, Pengadilan di Bogor membebaskannya karena kurangnya bukti, dan hasil banding di Mahkamah Agung Batavia juga menghasilkan keputusan yang sama. Lebih jauh lagi, di pandangan publik timbul pandangan buruk terhadap putera gubernur jenderal dan Tan Pek Hong nampak mengalami ketidak adilan di luar proses hukum yang dapat dipercaya.

De Chinees verzocht daarop, Nederlandsch-Indie te mogen verlaten; het werd hem geweigerd; tegen alle recht in werd hij gedwongen, in Nederlandsch-Indie te blijven, en zich te Timor Koepang op te houden.

Orang Tionghua itu lantas mencoba agar diperkenankan meninggalkan Hindia Belanda. Namun permohonannya itu ditolak dan ia dipaksa tetap tinggal di Hindia Belanda, yakni berdiam di Timor Kupang.

Daartegen verhieven zich vele stemmen, in de Kamer o. a. die van Mr. Van Gennep, en nu leest men in het Koloniaal Verslag: "Bedoelde Chinees gaf in Maart jl. zijn verlangen te kennen" (lees: andermaal zijn verlangen te kennen)" om naar Singapore te vertrekken. Daartegen werd " (nu) "geen bezwaar" (meer) "gemaakt. Het besluit van 27 Augustus 1884", zijnde het verbanningsbesluit, "werd echter tevens zoodanig gewijzigd, dat het niet meer inhoudt de aanwijzing van een bepaalde verblijfplaats, maar de ontzegging van verblijf in Nederlangdsch-Indie, uitgenommen de vroeger aangewezen verblijfplaats." En nu zijn de schrifturen in orde.

Mengingat banyak suara yang masuk di Dewan Hindia, termasuk yang berasal dari Mr. Van Gennep, akhirnya orang dapat membaca di Koloniaal Verslag: "Demikianlah orang Tionghua itu dikabulkan permohonannya pada bulan Maret (baca: sekali lagi permohonannya dikabulkan)" agar dapat pindah ke Singapura. (Kini) tiada keberatan lagi bagi hal tersebut. Surat keputusan yang dikeluarkan tanggal 27 Agustus 1884 merupakan surat pengusirannya, namun maknanya juga mengalami perubahan, yaitu tidak mengacu pada suatu tujuan tinggal tertentu, melainkan semata-mata ia tidak diperkenankan tinggal di Hindia Belanda, dengan mengacu pada tempat tinggal sebelumnya. Dengan demikian, kini semuanya sudah beres.

Voor den mishandelden Chinees is het verlof om naar Singapore te vertrekken te laat gekomen, als slachtoffer van een schandelijk geweld is hij in Nederlandsch-Indie gestorven; daarvoor is geen verantwoording noodig.

Tetapi orang Tionghua itu terlambat berpindah ke Singapura dan meninggal di Hindia Belanda karena menjadi korban tindak kekerasan yang memalukan. Oleh karenanya, tiada lagi tanggung jawab yang perlu diberikan.

Wij zijn 't er echter nog niet over eens, of men zich voortaan ook op de schim van Tan Pek Hong zal beroepen om te bewijzen, hoe hoog het gezag tegewoordig gehouden wordt in Indie.

Kami masih belum dapat memastikan apakah kita perlu memanggil roh Tan Pek Hong untuk membuktikan bahwa hukum dewasa ini begitu ditegakkan di Hindia Belanda.