Senin, 13 Mei 2013

PENGGUNAAN ISTILAH TOTOK DAN PERANAKAN TERNYATA SUDAH DARI DULU

PENGGUNAAN ISTILAH TOTOK DAN PERANAKAN TERNYATA SUDAH DARI DULU

Ivan Taniputera
13 Mei 2013

Saya baru saja mendapatkan buku peringatan 25 tahun (1910-1935) berdirinya perkumpulan Ang Hien Hoo, Malang. Ternyata pada bagian pengantarnya terdapat tulisan sebagai berikut:

"Kapan orang bajangken pada kedjadian dari kira-kira 30 taon lebi jang laloe, dimana keada'annja siahwee Tionghoa diitoe waktoe djaoe dari apa jang dibilang sampoerna; karoekoenannja bangsa terpentjar disana sini; banjak golongan jang terdiri dari satoe bangsa saling hidoep boeat kepentingannja sendiri, dan bebareng dengen itoe antara kalangan Tionghoa totok dan pranakan hidoepnja sebagi aer dan minjak, maka ada mendjadi satoe kwadjiban jang soekerlah boeat pemimpin kita di itoe masa bisa dapetken "tali persatoean" boeat mengiket pada keroekoenannja bangsa kita jang soeda terpentjar...."

Oleh karenanya, berdasarkan kutipan di atas, kita mengetahui bahwa dikotomi antara totok dan peranakan paling tidak sudah terjadi semenjak tahun 1935. Meskipun demikian, tidak dijelaskan, apa itu definisi totok dan peranakan. Dikotomi tersebut masih tetap belum jelas hingga sekarang.