Jumat, 09 Agustus 2013

KAMU SESAT

KAMU SESAT!

Artikel Dharma ke-18, Agustus 2013

Ivan Taniputera
9 Agustus 2013



Suatu kali saat pengumuman hasil ujian, seorang anak ternyata tidak lulus ujian. Ia kemudian mencari nama anak yang menjadi musuh bebuyutannya di daftar pengumuman hasil kelulusan. Ternyata anak yang menjadi musuh bebuyutannya juga tidak lulus. Saat kebetulan berjumpa dengan musuh bebuyutannya itu, ia lantas mengejek, "Kamu memang bodoh. Ujian saja tidak lulus." Apakah dengan mengejek demikian, ia menjadi lulus ujian? Jawabannya adalah tidak sama sekali. Dia mengejek lawannya tidak ada pengaruhnya terhadap hasil kelulusannya sendiri.

Dewasa ini, antar agama dan aliran keagamaan sering menganggap sesat satu sama lain. Mereka saling menuding bahwa agama atau aliran yang tak sepaham dengan mereka sebagai "sesat."  Apakah dengan menganggap sesat agama atau aliran lain, lantas agama dan kepercayaannya menjadi benar? Jawabannya adalah tidak. Sama dengan kisah mengenai hasil kelulusan di atas, mengatakan atau menganggap agama beserta aliran lain sebagai sesat bukanlah kriteria bahwa agama ataupun aliran kita adalah benar.

Ketimbang murid yang sama-sama tidak lulus itu saling mengejek satu sama lain, lebih baik mereka belajar bersama, agar pada kesempatan berikutnya sanggup lulus ujian. Begitu pula agama dan aliran keagamaan dewasa ini, hendaknya bekerja sama memecahkan persoalan-persoalan umat manusia yang semakin rumit dan berat seiring berkembangnya zaman. Penderitaan yang dialami umat manusia semakin bertambah kompleks. Tidak ada gunanya saling menganggap sesat satu sama lain. Tindakan semacam itu jelas tak membawa dampak positif bagi umat manusia. Semuanya hanya dilandasi konsep "aku" dan "milikku."

Tujuan ajaran Hyang Buddha bukanlah menganggap sesat agama lain, namun membebaskan diri dari penderitaan. Memanfaatkan Buddhadharma untuk berdebat dan menyalahkan agama maupun aliran lain jelas sangat menyimpang dengan ajaran Hyang Buddha.

Semoga renungan ini mendatangkan manfaat.