Selasa, 24 Juni 2014

ILMU KEKAYAAN KUBERA (KUVERA)

ILMU KEKAYAAN KUBERA (KUVERA)


Ivan Taniputera
24 Juni 2014




Kubera atau Kuvera merupakan dewa kemakmuran dalam tradisi India. Beliau dianggap sebagai penguasa kawasan utara. Dalam agama Buddha, Beliau juga dikenal sebagai Vaisravana atau Jambhala. Kubera digambarkan memegang permata berbentuk buah dan seekor tikus. Kuvera merupakan makhluk suci pemurah yang menganugerahkan kemakmuran.

Berikut ini adalah yantra bagi Kubera.





Yantra adalah suatu diagram suci yang ada kaitannya dengan makhluk-makhluk suci tertentu. Biasanya berisikan simbol-simbol suci, aksara mantra suci, atau angka-angka. Mungkin ada yang bertanya mengapa angka-angka? Ini adalah pertanyaan menarik. Semenjak zaman Yunani kuno para filsuf meyakini bahwa angka-angka mempunyai getaran gaib. Jika kita kita mencoba sedikit mempelajari teori string dalam fisika modern, maka partikel-partikel sub atomik terdiri dari string-string yang bergetar. Getaran ini mempunyai frekuensi yang dapat dilambangkan dengan angka tertentu. Jadi, secara sederhana segala sesuatu adalah getaran. Segala sesuatu adalah angka. Diri kita, semua makhluk, dan seluruh jagad raya pada hakikatnya adalah angka. Oleh karenanya, menaruh angka-angka pada yantra bukanlah sesuatu yang aneh, karena hal itu mencerminkan hakikat segala sesuatu.

Pada praktiknya yantra tersebut dapat digambarkan pada buah, seperti gambar di bawah ini.




Buah tersebut bisa dibungkus dan dibawa ke mana-mana, ditaruh pada laci uang, atau dipasang di atas pintu rumah, dengan harapan agar getaran yantra tersebut dapat menarik keberuntungan.

FILOSOFI KUBERA-BELAJAR ILMU KEKAYAAN DARI KUBERA

Banyak orang mungkin menganggap bahwa praktik pemujaan kepada Kubera itu hanya menambah keserakahan saja. Pandangan semacam ini adalah pandangan yang sangat picik, sempit dan dangkal. Banyak pelajaran mendalam yang dapat kita tarik dari Kubera. Pertama-tama Kubera adalah selalu memberi, namun Beliau tidak pernah jatuh miskin. Ini mengajarkan pada kita sikap kemurah-hatian. Apabila kita senantiasa memberi, tidak hanya uang melainkan juga pengetahuan pada semua makhluk, maka kita tidak akan semakin miskin. Kita malah akan semakin kaya. Jadi pelajaran pertama adalah kemurah-hatian.

Pelajaran kedua adalah, Kubera senantiasa membawa tikus. Dalam tradisi dan budaya tertentu, tikus adalah hewan yang dianggap rajin. Ia selalu mengumpulkan makanan. Dengan demikian, hal ini mengajarkan kita agar senantiasa bersikap rajin. Bukan hanya mengumpulkan materi atau harta kekayaan saja; melainkan kita juga harus senantiasa mengumpulkan pengetahuan, baik pengetahuan duniawi maupun pamungkas.

Pelajaran ketiga, Kubera memegang permata berbentuk buah, yang dapat mengabulkan keinginan setiap makhluk. Apakah ini justru memperkuat keserakahan? Tidak. Itu sekali lagi merupakan pandangan yang picik, sempit, dan dangkal. Pengabulan pamungkas segenap keinginan sesungguhnya adalah merealisasi pembebasan dari segenap kemelekatan. Permata berbentuk buah itu melambangkan buah-buah spiritual pamungkas, yakni pembebasan dari segenap hawa nafsu keinginan. Jika kita tidak mempunyai hawa nafsu keinginan lagi, bukankah itu berarti bahwa setiap hawa nafsu keinginan telah terkabul?  Hal ini adalah realisasi spiritual termulia. Jadi, adalah tidak benar kalau dikatakan bahwa menjalankan praktik Kubera atau Jambhala adalah memupuk keserakahan, sebagaimana dituduhkan oleh pihak-pihak tertentu yang juga masih tebal benih ke"aku"an-nya. Jikalau benih ke"aku"an-nya masih tebal, bagaimana mungkin ia dapat membimbing orang lain menuju pembebasan dari ke"aku"-an? Sesuatu yang sangat tidak masuk akal. Bagaimana mungkin orang buta menuntun orang buta?

Demikianlah sepintas perkenalan kita terhadap filsafat kekayaan Kubera. Semoga bermanfaat.

Artikel menarik lainnya mengenai ramalan, astrologi, Fengshui, Bazi, Ziweidoushu, dan lain sebagainya silakan kunjungi:

https://www.facebook.com/groups/339499392807581/