Sabtu, 13 September 2014

CATATAN MENGENAI DAYA GAIB

CATATAN MENGENAI DAYA GAIB 

Ivan Taniputera
11 September 2014




Catatan ini merupakan hasil menguping pembicaraan dari berbagai sumber. Karena semata-mata digali dari ingatan saya, maka kemungkinan juga urutan waktu dan temanya akan melompat-lompat. Para pembaca harap memakluminya.

Waktu saya masih kecil, salah seorang teman orang tua mengisahkan mengenai pengalamannya saat dikejar anjing besar. Ia terus berlari hingga di depannya terdapat sungai yang lebar. Dengan disertai ketakutan dan kenekadan, ia melompati sungai tersebut. Sebelumnya, ia tidak merasa yakin sanggup melompatinya. Keesokan harinya, ia mencoba melompati lagi sungai tersebut, tetapi gagal. Kisah lainnya adalah mengenai  pengalaman sebuah keluarga di Semarang saat berlangsungnya peristiwa kerusuhan di era 1980-an. Ketika itu, terjadi pelemparan dengan batu terhadap rumah etnis tertentu. Dengan ketakutan, mereka menyeret karung-karung besar dan berat berisi pasir ke jendela sebagai pelindung. Menurut ingatan mereka, karung-karung besar dan berat itu dapat diangkat dan diseret dengan mudah. Beberapa hari setelah kerusuhan berakhir, mereka mencoba memindahkan karung-karung tersebut dan ternyata gagal. Kisah-kisah di atas hendak memperlihatkan bahwa manusia mempunyai suatu kekuatan tersembunyi yang mungkin muncul saat terdesak. Hal-hal yang tidak dapat dilakukan dalam kondisi wajar, kemungkinan justru dapat dilakukan dalam keadaan terdesak dan bahaya. Belakangan saya juga masih mendengar berbagai kisah senada.

Saya juga ingat bahwa seorang teman pernah mengatakan pada saya bahwa kunci mengaktifkan daya gaib sebagaimana dimiliki manusia tersebut dengan konsentrasi atau pemusatan pikiran. Hal ini tidak berbeda dengan pekerjaan-pekerjaan yang biasa dilakukan umat manusia sehari-hari. Tanpa konsentrasi maka pekerjaan tersebut tidak dapat terselesaikan dengan baik. Saya menganggap bahwa alasan tersebut memang masuk akal. Kunci membangkitkan daya gaib adalah dengan konsentrasi atau pemusatan pikiran.
Selain pemusatan pikiran, hal lain yang juga penting adalah latihan penguasaan diri. Penguasaan diri sebenarnya juga memerlukan pemusatan pikiran juga. Dari pemusatan pikiran itu akan muncul kewaspadaan dan sikap mawas diri.

Salah seorang teman orang tua pernah mengisahkan pengalamannya sewaktu berguru ilmu, yakni seluruh tubuhnya dibungkus kain kafan dan ia harus berpuasa selama waktu tertentu. Minum pun hanya boleh diteteskan oleh gurunya. Ini sebenarnya adalah latihan penguasaan dan penaklukkan diri sendiri. Sanggupkah ia melawan rasa lapar? Latihan penguasaan diri memang berat dan setiap guru akan mempunyai caranya sendiri-sendiri. Kadang-kadang akan terdengar aneh atau janggal, namun kalau kita renungkan secara mendalam, maka itu semua akan bermuara pada penguasaan atau pengendalian diri.  Teman lain pernah pula mengisahkan praktik pertapaannya dengan dikubur dalam tanah. Jenis pertapaan semacam ini dalam bahasa Jawa dikenal sebagai tapa pendem (harafiah: bertapa dengan dipendam). Sebenarnya, ini juga merupakan latihan penguasaan diri. Ia mengatakan bahwa praktik pertapaan (Jawa: nglakoni) tersebut sungguh berat. Badannya akan digigiti oleh berbagai macam serangga dalam tanah. Selain itu, tidak jarang ia menyaksikan hewan-hewan berbisa, seperti kelabang, ular, dan lain-lain.
Secara umum, latihan penguasaan diri itu adalah melawan berbagai penderitaan fisik dan jasmani, seperti rasa lapar, haus, sakit pada tubuh, ketakutan, dan lain sebagainya. Sebelum mengawali latihan, guru biasanya akan memperingatkan siswanya mengenai praktik yang berat tersebut. 

Saat sedang mengobrol di warung kopi, saya mendengar seorang teman berpendapat bahwa manusia juga mempunyai getaran gaib atau juga disebut getaran daya batin. Saya mencoba mengaitkannya dengan konsep sebelumnya dan menyimpulkan bahwa getaran gaib atau getaran daya batin ini berasal dari pikiran juga. Pikiran adalah semacam generator atau pembangkit getaran daya batin. Teman tersebut lalu menambahkan bahwa daya batin ini dapat diarahkan pada orang atau benda apa pun di alam semesta.  Bahkan kita dapat menggunakannya untuk menarik energi-energi atau kekuatan di alam semesta ini. Yang perlu pembaca ketahui, pengertian energi di sini tidaklah sama dengan fisika. Sehingga dalam membaca artikel ini hendaknya jangan dikacaukan dengan sains. Apa yang gaib sifatnya, tidak selalu dapat dikaitkan dengan sains.

Teman orang tua pernah pula mengisahkan bahwa dalam menekuni ilmu gaib, guru biasanya akan memberikan berbagai pantangan. Pantangan paling umum, dalam bahasa Jawa disebut mo limo atau "lima m." Apakah lima pantangan itu? Kelimanya dalam bahasa Jawa akan diawali dengan huruf m:

1. Mateni (membunuh), artinya dalam mempraktikkan ilmu ini pantang membunuh.
2. Maling (mencuri), artinya tidak boleh mengambil apa yang tidak diberikan.
3. Madat (menghisap candu), artinya tidak boleh mengonsumsi substansi yang memabukkan.
4. Madon (bermain wanita), artinya tidak boleh ke tempat pelacuran dan lain sebagainya, apalagi menganggu rumah tangga orang lain.
5. Main (berjudi), artinya tidak boleh terlibat pada kegiatan yang sifatnya berjudi.

Lalu ada yang bertanya, bukankah itu mudah? Teman orang tua menjawab bahwa itu sama sekali tidak mudah. Semakin tinggi tingkatan spiritual kita, maka godaan itu semakin tinggi. Jika tingkatan spiritual hendak mencapai tingkatan lebih tinggi, maka saat itulah emosi akan makin memuncak. Bisa-bisa kita akan mencabut golok dalam menanggapi sesuatu yang sepele sifatnya. Juga nafsu terhadap wanita bisa menjadi tidak terkendali. Padahal dalam kondisi wajar mungkin tidak demikian. Sebelumnya guru sudah mengingatkan bahwa melawan mo limo itu tidaklah mudah. Jadi jangan mengentengkan hal ini. Apabila kita cermati, maka lima pantangan ini sesungguhnya adalah juga melatih pengendalian atau penguasaan diri. 

Sebagai catatan, ada teman yang mengatakan pula bahwa pantangan tersebut hanya berlaku bagi praktisi ilmu putih (white magic), sedangkan penganut ilmu hitam (black magic) tidak ada pantangannya.

CATATAN MENGENAI ILMU PUTIH & ILMU HITAM

Ada yang membagi ilmu gaib menjadi dua, yakni ilmu putih dan ilmu hitam. Ada pun definisi mereka adalah sebagai berikut:

1. Ilmu Putih : Adalah ilmu yang digunakan untuk kebaikan, misalnya menyembuhkan penyakit gaib, melancarkan rejeki secara halal, menolong berbagai kesulitan hidup yang dialami seseorang, dan lain sebagainya.
2. Ilmu Hitam: Adalah ilmu yang digunakan untuk kejahatan, misalnya ilmu santet, ilmu mendatangkan kekayaan dengan cara tidak halal , merugikan orang lain, dan lain sebagainya.

Ada pula yang berpendapat bahwa ilmu hitam dan putih itu pada dasarnya sama, hanya saja hendak digunakan untuk apa. Jika digunakan untuk kebaikan, maka ia menjadi illmu putih dan jika dipakai untuk kejahatan maka menjadi ilmu hitam.

Dengan demikian, ada pula sebagian orang yang menambahkan ilmu abu-abu.

MENGGUNAKAN MEDIA UNTUK MENINGKATKAN DAYA BATIN

Terkadang daya konsentrasi seseorang tidak cukup kuat. Oleh karena itu, perlu digunakan media fisik. Saya pernah mendengarkan salah seorang kenalan yang mengajarkan hal ini. Salah satu contohnya adalah daya piramid. Karena sudah ada bukunya saya tidak akan membahas lebih jauh. 
Ada pula teman mengajarkan menggunakan gambar atau bentuk sesuatu yang kita ingini. Sebagai contoh, jika ingin mengingingkan rumah sendiri, maka kita bisa menempelkan gambar rumah tersebut di hadapan kita, sambil membangkitkan keteguhan dan keyakinan dalam hati bahwa suatu saat kita akan memiliki rumah tersebut. Tentu saja keinginan itu harus wajar dan berada tidak jauh dari jangkauan kemampuan kita. Sebagai contoh adalah menggelikan jika kita menginginkan misalnya memiliki Istana Buckingham atau Tembok Besar. Tentu adalah sesuatu yang tidak masuk akal.  Namun misalnya kita sedang berjalan-jalan dan mendapatkan brosur penawaran rumah salah satu perumahan di kota kita. Lalu saat menyaksikan desain rumah dalam brosur tersebut kita langsung menyukainya, maka kita boleh membawa pulang brosur tersebut dan menjadikannya sebagai wahana peningkat daya batin kita, yakni dengan harapan kita suatu saat dapat mempunyai rumah semacam itu. 
Ada pula yang mengajarkan bahwa jika mempunyai keinginan, kita dapat menuliskannya pada secarik kertas, dan membacanya setiap hari sambil mengembangkan keyakinan bahwa suatu saat kita akan mendapatkannya. Tentu saja, keinginan itu tidak boleh merugikan atau membahayakan orang lain. Alam sudah memiliki mekanisme yang akan menghukum setiap orang merugikan makhluk lain, karena setiap organisme itu terjalin satu sama lain menjadi rantai kehidupan teramat rumit, sehingga sulit kita bayangkan. Dengan demikian, kita hendaknya jangan memendam keinginan jahat.

Demikianlah beberapa catatan saya mengenai daya gaib. Kelak jika saya teringat hal-hal lainnya, akan saya tuliskan lanjutan bagi artikel ini.

Semoga bermanfaat.

Artikel-artikel menarik lainnya silakan kunjungi: