Senin, 28 September 2015

SANGGUP BERAMAL ADALAH KEBERUNTUNGAN

SANGGUP BERAMAL ADALAH KEBERUNTUNGAN
.
Ivan Taniputera.
26 September 2015 . 
.


 

 .

Banyak orang merasa bersungut-sungut saat beramal. Namun kalau kita renungkan kemampuan beramal itu adalah suatu keberuntungan. Lalu jika kita mendapatkan keberuntungan apakah kita akan bersungut-sungut?
.
Bagaimana mungkin orang mendapatkan keberuntungan, tetapi malah bersungut-sungut?
.
Marilah kita renungkan bersama. Agar dapat beramal, kita memerlukan kondisi. Pertama-tama, kita perlu mempunyai sesuatu selaku obyek amal, baik itu materi (uang atau benda) dan tenaga. Namun masalahnya, tidak semua orang selalu mempunyai hal-hal tersebut.
.
Sebagai contoh, ada seorang teman yang sudah bertekad hendak beramal pada pengemis tua yang ada perempatan jalan. Kendati demikian, sewaktu merogoh sakunya, ternyata dompetnya ketinggalan. Karenanya, ia jadi gagal beramal. Jadi ini merupakan bukti bahwa tidak selalu seseorang punya kesempatan beramal. Jadi jika Anda ada kesempatan lakukanlah hal tersebut dengan suka cita.
.
Kedua, jika Anda mempunyai sesuatu yang dijadikan obyek amal, maka itu tandanya Anda beruntung. Anda setidaknya memiliki sesuatu. Banyak orang di muka bumi ini yang tidak memiliki apa-apa. Bila Anda mempunyai sesuatu yang berlebihan, maka itu tandanya termasuk golongan orang beruntung. 
.
Ketiga, ada kalanya kita tidak menjumpai sasaran amal kita. Ada seorang teman yang bertekad akan beramal hari ini pada setiap pengemis yang dijumpainya. Anehnya, pada hari itu, dia justru tidak menjumpai seorang pengemis pun. Padahal, di hari-hari sebelumnya, saat dia enggan beramal, justru ia menjumpai banyak pengemis di sepanjang perjalanannya dari rumah ke kantor. Apabila kita yakin bahwa beramal merupakan salah satu wahana mengumpulkan jasa pahala, maka nampak bahwa orang itu tidak beruntung. Ia tidak mempunyai kesempatan mendapatkan jasa pahala. Meskipun demikian, dalam beramal, kita hendaknya menyingkirkan sikap pamrih kita demi mendapatkan jasa pahala. Beramal hendaknya jangan seperti hitung dagang. Kita beramal apa, akan dapat apa. Itu bukanlah sikap beramal yang baik. Kita beramal dengan kesadaran bahwa tindakan itu dapat meringankan penderitaan orang lain. 
.
Kendati demikian, bagi orang yang sudah terbiasa beramal, maka konsep jasa pahala sudah tidak mereka pikirkan. Semuanya akan berjalan secara alami tanpa ada pikiran pamrih lagi. Karena itu, beramal perlu menjadi bagian pola kebiasaan kita.
Beramal hendaknya menjadi latihan spiritual dalam mengikis keserakahan serta membangkitkan sikap altruistik atau mempedulikan kepentingan insan lain. Jika Anda beramal, Anda mempunyai kesempatan melatih batin Anda. Tidakkah Anda beruntung?
Kembali pada pokok bahasan kita, maka jelas sekali berdasarkan contoh-contoh di atas, tidak selalu kita mempunyai kesempatan beramal. Jadi, jika Anda mempunyai kesempatan beramal, tidakkah Anda beruntung?
.
Demikian agar bermanfaat adanya.
Artikel menarik lainnya silakan kunjungi:
https://www.facebook.com/groups/339499392807581/