Sabtu, 31 Desember 2016

SEJARAH SINGKAT PEMERINTAHAN TRADISIONAL DI PAHANDUT, PALANGKA RAYA, KALIMANTAN TENGAH

SEJARAH SINGKAT PEMERINTAHAN TRADISIONAL DI PAHANDUT, PALANGKA RAYA, KALIMANTAN TENGAH.
.
Ivan Taniputera.
2 Januari 2017
.
Kampung Pahandut merupakan salah satu kampung tertua di kawasan hilir Sungai Kahayan. Cikal bakal kampung ini berasal dari tempat bernama Lewu Rawai. Akibat kurang cocoknya lahan pertanian di sana, maka sepasang suami istri bernama Bayuh dan Kambang lalu berperahu ke hilir Sungai Kahayan. Mereka akhirnya menemukan tempat yang sesuai dan bermukim di sana seraya membuka lahan pertanian dan perkebunan.
.
Keberhasilan mereka itu lantas terdengar oleh warga Lewu Rawai dan kampung lainnya, sehingga banyak orang dari berbagai kawasan berbondong-bondong datang bergabung dengan sepasang suami istri tersebut. Tempat itu lalu dikenal sebagai Dukuh Bayuh. Kawasan kediaman mereka menjadi ramai dan berubah menjadi sebuah desa. Sebagai pembakal atau kepala desanya diangkatlah Bayuh.
.
Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat seorang tokoh bernama Bapa Handut yang disegani masyarakat setempat karena kesaktiannya, sehingga sering dimintai pertolongan. Setelah Beliau wafat, maka untuk mengenangnya tempat itu kemudian diberi nama Pahandut.
.
Bayuh dan Kambang mempunyai dua orang anak, yang masing-masing bernama Jaga serta Soekah. Jaga kemudian diangkat sebagai kepala kampung menggantikan orang tuanya; padahal ia sebenarnya ia lebih mengharapkan adiknya memangku jabatan tersebut. Namun Soekah menyatakan bahwa ia masih ingin mengembara. Soekah mengembara hingga ke Puruk Cahu dan berjumpa dengan Tamanggung Wangkang yang ketika sedang melancarkan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda.
.
Sekembalinya ke Pahandut, Soekah lantas diangkat menjadi kepala kampung menggantikan kakaknya. Berkat kepemimpinannya, Pahandut menjadi makmur dan sejahtera. Oleh karenanya, ia lantas menerima gelar penghargaan Ngabe Anum pada Soekah. Itulah sebabnya, Beliau lantas dikenal dengan nama Ngabe Anum Soekah. Pahandut menjadi makin ramai dan sering dikunjungi pendatang.
.
Setelah Ngabe Soekah lanjut usia, salah seorang cucunya bernama Willem Dean diangkat menggantikannya sebagia kepala kampung. Sementara itu, cucunya yang lain bernama Herman Syawal Toendjan (H. S. Toendjan) diangkat sebagai damang. Setelah memerintah selama dua tahun, Willem Dean, kurang lebih pada tahun 1940 digantikan oleh Abd Inin (putra ketiga Ngabe Soekah). Baik Abd Inin maupun H. S. Toendjan pernah berjumpa dengan Bapak Tjilik Riwut dalam rangka perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia.
.
Karenanya, kita dapat menuliskan urutan para kepala kampung Pahandut sebagai berikut:
.
1.Bayuh
2.Jaga
3.Ngabe Anum Soekah
4.Willem Dean
5.Abd Inin.
.
Demikianlah, sejarah singkat pemerintahan tradisional di Pahandut.
.
Disarikan dari “Sejarah Kota Palangka Raya,” Pemerintah Kota Palangka Raya, 2003.