Kamis, 13 April 2017

CATATAN MENGENAI TIGA PUSAKA KEBESARAN KERAMAT KEKAISARAN JEPANG

CATATAN MENGENAI TIGA PUSAKA KEBESARAN KERAMAT KEKAISARAN JEPANG.
.
Ivan Taniputera.
12 April 2017
.
Pada kesempatan kali ini saya ingin menulis beberapa catatan mengenai pusaka kebesaran keramat Kekaisaran Jepang (Japanese Imperial Regalia; 三種の神器 Sanshu no Jingi); yakni pedang, cermin, dan permata. Tiga benda tersebut merupakan pertanda keabsahan atau legitimasi kaisar-kaisar Jepang.
.
Berikut ini adalah beberapa catatan saya:
.
1) Ternyata benda pusaka yang ada sekarang, dua di antaranya adalah replika. Cermin musnah saat kebakaran pada tahun 1040 dan pedang hilang tenggelam di laut, sewaktu Peperangan Dan-no-Ura pada tahun 1185 antara kelompok Taira dan Minamoto. Ketika itu, kelompok Minamoto berhasil mengalahkan kelompok Taira beserta Kaisar Antoku (kaisar Jepang ke-81, memerintah 1180-1185) yang masih kanak-kanak dukungan mereka. Guna menghindari penangkapan oleh kelompok Minamoto, nenek kaisar beserta kaisar menceburkan diri ke laut. Bersamaan dengan itu, mereka juga menceburkan pusaka kekaisaran berupa pedang dan permata. Menurut catatan, kotak penyimpan permata mengapung di air dan dapat diselamatkan, namun pedangnya hilang. Sebuah tiruan kemudian dibuat menggantikannya. Kendati demikian terdapat legenda menyatakan bahwa yang tenggelam adalah pedang tiruan atau pedang tersebut telah dikembalikan secara ajaib. Terdapat catatan mengatakan bahwa pedang yang tenggelam itu adalah tiruan dibuat atas pesanan Kaisar Sujin (kaisar Jepang ke-10, memerintah 98-30 SM) dan pedang asli tidak pernah meninggalkan Kuil Ise, yakni tempat penyimpanan pedang tersebut hingga sekarang (lihat: https://japan-forward.com/japans-mythology-and-fact-the-sword-is-the-emperors-direct-lineage-from-the-gods/)
.
2) Sewaktu Jepang terpecah menjadi dua, yakni Zaman Istana Utara dan Selatan (Nambokucho), maka yang memegang Tiga Kebesaran Keramat adalah pihak Istana Selatan. Dengan demikian, mereka dianggap sebagai kaisar-kaisar yang sah. Kendati demikian, pihak Selatan kemudian menyerahkan Tiga Kebesaran Keramat itu pada pihak Utara. Kaisar Gokameyama (kaisar Jepang ke-99, memerintah 1383-1392) dari Istana Selatan, turun tahta dan menyerahkan Tiga Kebesaran Keramat pada musuhnya dari Istana Utara, Kaisar Gokomatsu (kaisar Jepang ke-100, memerintah 1392-1412). Penyerahan ini mengakhiri Zaman Istana Utara dan Selatan. Selanjutnya, disepakati bahwa keturunan Istana Utara dan Selatan akan memerintah bergantian. Namun Kaisar Gokomatsu melanggar kesepakatan ini. Ia digantikan oleh puteranya-bukan keturunan Istana Selatan sebagaimana telah disepakati sebelumnya. Dengan demikian, hingga saat ini para kaisar Jepang berikutnya merupakan keturunan Istana Utara.
.
3) Tidak pernah terdapat foto atau gambar Tiga Kebesaran Keramat yang asli. Jadi kita tidak mengetahui bentuknya yang pasti. Yang pernah melihatnya hanya kaisar dan sejumlah kecil pendeta Shinto selaku penjaga bagi pusaka-pusaka tersebut.
.
4) Pada tahun 1443, Kusunoki Masahide yang merupakan pendukung Istana Selatan berhasil mencuri pedang beserta permata dan melarikan diri ke Gunung Hiei bersama dengan seorang pangeran keturunan Istana Selatan bernama Takahide. Peristiwa ini disebut Persengkongkolan Kinketsu. Mereka kemudian berhasil dikalahkan oleh pasukan kekaisaran dan baik Kusunoki Masahide maupun Pangeran Takahide terbunuh. Pedang pusaka itu lalu disemayamkan di Kuil Kiyomidzu, Tokyo, dan dapat direbut kembali oleh pihak kekaisaran. Permata kemudian disimpan oleh dua orang pangeran keturunan Istana Selatan bernama Kitayama no Miya dan Tadayoshi O di Yoshino. Ketika keduanya terbunuh, permata itu dialihkan pada Pangeran Takamasa yang juga berada di Yoshino. Akhirnya pada tahun 1458, permata tersebut kembali ke Istana Kekaisaran, dimana kaisar yang berkuasa saat itu adalah Gohanazono (kaisar Jepang ke-102, memerintah 1428-1464). Semenjak saat itu, Tiga Kebesaran Keramat tidak pernah hilang lagi. Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa antara tahun 1443-1458, kaisar Jepang hanya memegang dua pusaka saja.
.
5) Kaisar Gotoba (kaisar Jepang ke-82; memerintah 1183-1198) adalah kaisar Jepang yang dinobatkan tanpa Tiga Kebesaran Keramat, karena saat itu pusaka kekaisaran tersebut masih dibawa oleh Kaisar Antoku. Sebagaimana yang telah diungkapkan di atas, Kaisar Antoku mengalami pengejaran oleh kelompok Minamoto dan akhirnya menceburkan diri ke laut. Kaisar Gotoba menaiki singgasana melalui titah kakeknya, Kaisar Goshirakawa (kaisar Jepang ke-77, memerintah 1155-1158).