Rabu, 18 Oktober 2017

ASTRONOMI: PEMBUKTIAN BUMI BULAT MENURUT KOPERNIKUS

ASTRONOMI: PEMBUKTIAN BUMI BULAT MENURUT KOPERNIKUS.
.
Ivan Taniputera.
13 Oktober 2017.
.
Pada kesempatan kali ini, saya akan menerjemahkan argumen Kopernikus mengenai bumi yang berbentuk bulat. Terjemahan ini diambil dari karya Kopernikus yang dalam bahasa Indonesia judulnya dapat diterjemahkan menjadi “Mengenai Peredaran Benda-benda Langit.”. Alangkah baiknya kita membaca karya-karya asli para ilmuwan di zaman dahulu bila hal itu memungkinkan, daripada hanya membaca ulasan mengenainya saja. Sebagai praktisi dan penekun ilmu Astrologi, kita juga perlu mempunyai pengetahuan memadai mengenai ilmu Astronomi. Berikut ini adalah terjemahannya.
.
“Bumi berbentuk bulat pula, karena pada setiap sisi ia bertumpu pada pusatnya. Namun ia tidak dipandang begitu saja sebagai bentuk bulat sempurna, karena ketinggian gunung-gunungnya beserta kedalaman lembah-lembahnya; meski semuanya itu tidak berpengaruh pada kebulatannya secara umum.
.
Jelaslah dengan demikian. Jikalau seseorang mengadakan perjalanan ke penjuru utara dari titik mana saja, verteks (puncak) utara sumbu perputaran harian akan secara bertahap bergeser ke atas (naik), dan yang satunya akan bergerak ke bawah (turun) dengan jarak sama. Selanjutnya, bintang-bintang terletak di utara nampak tidak terbenam lagi. Banyak bintang yang terletak di selatan nampak tidak terbit lagi. Maka, di Italia Canopus (nama bintang-penerjemah) tidaklah tampak, [sebaliknya] bintang tersebut terlihat di Mesir. Flavius (nama bintang-penerjemah) adalah bintang terakhir [dapat disaksikan di penjuru lebih selatan] yang terlihat di Italia, namun tidak tampak lagi di daerah lebih dingin (maksudnya lebih dekat ke kutub utara). Sebaliknya, orang yang mengadakan perjalanan ke arah selatan, kelompok bintang kedua menjadi tampak lebih tinggi di langit; sementara itu, yang bagi mereka tampak lebih rendah, bagi kita akan tampak lebih tinggi.
.


.
Lebih jauh lagi, kemiringan kutub-kutub di mana pun juga memiliki perbandingan sama pada tempat-tempat berjarak sama pula dari kutub-kutub bumi. Hal itu hanya mungkin terjadi bila bumi berbentuk bulat. Jadi, bumi sendiri terdapat di antara-antara titik-titik puncaknya (zenit), sehingga dengan demikian berbentuk bulat.
Sebagai tambahan, penghuni bumi kawasan sebelah timur tidak menyaksikan gerhana matahari dan bulan yang terjadi saat sore hari; begitu bulan penghuni bumi kawasan sebelah barat. Sedangkan penghuni kawasan sebelah tengah-beberapa di antara menyaksikan lebih awal dan yang lainnya lebih belakangan.
.
Selanjutnya, para penjelajah mengamati bahwa air di samudera terletak tetap dalam suatu daerah. Sebagai contoh, sewaktu daratan tidak tampak pada geladak kapal, ia mungkin tampak dari puncak tiang kapal. Sebaliknya, jika sesuatu yang berkilauan dipasang pada puncak tiang kapal, orang yang berada di daratan akan menyaksikannya turun secara bertahap, sewaktu kapal bergerak menjauh dari daratan; hingga akhirnya menjadi tidak kelihatan lagi, seolah-olah terbenam.
.
Telah diketahui bahwa air, secara alami senantiasa mengalir menuju tempat rendah-sebagaimana halnya bumi-dan ia tidak naik ke pantai lebih jauh dibandingkan dengan yang diperkenankan oleh kecembungan pantai. Itulah sebabnya, mengapa daratan lebih tinggi membumbung dari lautan.”
.
Demikianlah, ulasan Kopernikus itu telah memberikan penjelasan gamblang mengenai bentuk bumi.